SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog saya.

Senin, 11 Januari 2010

CATATAN TEMAN



NILAI SEBUAH PENANTIAN

Seorang ayah pulang ke rumah dalam keadaan lelah disambut oleh anak lelakinya yang berusia tujuh tahun di depan pintu.

“Ayah, boleh tidak saya tanya satu hal?”

“Ya, mau tanya apa?”

“Berapa pendapatan ayah sejam?”

“Itu bukan urusanmu. Buat apa kamu tanyakan?”

“Saya ingin tahu. Tolonglah beri tahu berapa gaji ayah sejam?”

“Dua puluh ribu rupiah sejam.”

“Oh…” kata si anak sambil tunduk menatap lantai. Kemudian memandang wajah ayahnya kembali sambil bertanya;

“Ayah….boleh saya pinjam sepuluh ribu kepada ayah?”

Si ayah menjadi marah dan berkata;

“Oh, itu sebabnya kamu tanya tentang gaji ayah? Kamu mau beli apa sampai minta uang sepuluh ribu? Mau beli mainan lagi? Jangan membuang uang. Ayah kerja keras bukan untuk membuang uang sembarangan. Sekarang masuk kembali ke kamarmu dan tidur, ini sudah malam.”

Anak tujuh tahun itu terdiam dan perlahan-lahan melangkah kembali ke kamarnya. Si ayah duduk di atas sofa dan mulai memikirkan mengapa anaknya yang kecil itu memerlukan uang sebanyak itu. Kira-kira dua jam kemudian si ayah kembali tenang dan berpikir mungkin anaknya benar-benar memerlukan uang untuk keperluan sekolahnya karena anaknya tidak pernah meminta uang sebanyak itu sebelumnya. Dengan perasaan bersalah si ayah melangkah menuju kamar anaknya dan membuka pintu.

Didapatinya anaknya masih belum tidur.

“Kalau kamu betul-betul perlu uang, nah ambillah sepuluh ribu ini,” kata si ayah. Anak itu segera bangun dan tersenyum girang.

“Terima kasih banyak, Ayah,” katanya begitu gembira. Kemudian dia mencari sesuatu di bawah bantalnya dan mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu rupiah yang sudah kumal.

Ketika melihat uang itu si ayah kembali berang.

“Kenapa kamu minta uang lagi sedangkan kamu sudah ada uang sebanyak itu? Dari mana kamu dapat uang di bawah bantal itu?” tanya si ayah.

Si anak tunduk tidak berani menatap wajah ayahnya.

“Uang ini saya kumpul dari uang sangu sekolah yang ayah beri setiap hari. Saya minta lagi sepuluh ribu sebab uang saya yang ada sekarang belum cukup,” jawab si anak perlahan.

“Belum cukup untuk apa?” kembali si ayah bertanya.

“Ayah, sekarang saya sudah ada dua puluh ribu. Ayah ambil uang ini. Saya ingin beli sejam dari waktu ayah. Saya ingin makan malam bersama ayah,” jawab si anak tanpa berani memandang wajah ayahnya. Baru si ayah benar-benar paham maksud anaknya itu.

Selepas mendengar penjelasan anaknya, si ayah langsung memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang dan sangat merasa bersalah karena telah mengabaikan anaknya.



Pesan moral :

Kadangkala kita terlampau sibuk sehingga mengabaikan insan tersayang yang haus kasih sayang dan perhatian kita. Oleh itu, luangkan sedikit waktu untuk bersama mereka walau hanya sebentar.
=======================================================================

Catatan ini merupakan catatan seorang teman facebook saya, terima kasih Oom Dahlan Halid atas izinnya kepada saya untuk memasukkan catatan ini dalam blog saya.

Catatan Arti Sebuah Penantian membuatku terharu, teringat putriku yang sering ditinggal-tinggal dari kecil. Namanya THISYA DARMALA HUSNI lahir tanggal 03 Februari 2006, wahh...... sebentar lagi ulang tahun ya..... Dari kecil Thisya kalo bangun tidur dipagi hari cuma liat wajah mamanya, wajah papa cuma hari sabtu dan minggu aja baru keliatan. Kadang kalo mama dan papa sibuk Thisya hanya di temani Nenek dan Kai.

Pertama kali dinas ditempatkan di sebuah dusun, jalannya belum baik, becek, banyak jembatan yang terbuat dari kayu, bila sungai Telake banjir maka jembatannya putus, belum ada listriknya sempat membuatku menangis setelah sehari survei ke daerah tersebut. Bukan kenapa-napa sih...... aku berfikir bagaimana caranya agar aku tidak meninggalkan putriku sampai berhari-hari,tapi tidak bisa juga. Dengan berat hati akhirnya aku memutuskan untuk tinggal disana dan pastinya meninggalkan putriku. Situasi seperti itu berlangsung sekitar satu semester, membuatku sungguh tersiksa. Senin pagi kutinggalkan dia, sampai Jumat baru ku bertemu dia lagi. Itu pun hanya sebentar saja karena kembali harus meninggalkannya ke Tanah Grogot untuk menuntut ilmu lagi sampai hari Minggu. Aku jarang melihat wajah lucunya, juga tidak bisa memantau perkembangannya.Untungnya situasi itu tidak berlangsung lama, jembatan- jembatan mulai di perbaiki dan bisa dilewati lagi meskipun aku jatuh bangun untuk melewatinya.

Sekarang, setiap hari aku sudah bisa bertemu dan bermain bersama putriku. Dia juga sudah bisa mendefinisikan arti dari kata libur. Libur menurut versinya adalah "kalo Mama tidak ke Seburung dan Papa tidak ke Grogot".

Thisya.... kaulah bidadari kecilku, putriku yang cantik. Semoga Allah selalu melindungi dan menjagamu dimana pun kau berada...